PERAN PRAKTEK CORPORATE
GOVERNANCE SEBAGAI MODERATING VARIABLE
DARI PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
Vinola Herawaty
Dosen Universitas
Trisakti
dan mahasiswa Pasca
Sarjana Program Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia
The objective of the empirical study is to examine the role of Corporate Governance Practices as a variable that moderates the effect of Earnings Management to the value of the firm. The result gives the evidence that corporate governance practices that have a significant impact to the value the firm are outside independent director and institutional ownership, in the model regression with moderating variable. It also indicates that Independent director, audit quality and institutional ownership are moderating variables of the relationship between earnings management and the value of the firm, but not the managerial ownership. Thus, earnings Management can be minimized with the monitoring mechanism i.e. (1) independent director that can monitor the management of the company in aligning the interest of principal and agent, (2) institutional ownership shareholders - the sophitisticed investor that also monitor the management to decrease the motivation of management to manipulate Earnings and (3) audit quality with the role of auditors to give the credibility of the reported financial statement by management
Keywords:
|
Corporate Governance, Earnings Management, Manajerial Ownership, Outside Independent
Director, Institusional Ownership, dan
Audit Quality..
|
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu cara yang dilakukan manajemen dala
proses penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang
ditampilkan adalah Earnings Management
yang diharapkan dapat meningkatkan Nilai Perusahaan pada saat tertentu. Tujuan Earnings Management adalah meningkatkan
kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat
perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan
sebagai suatu keuntungan (Fischer dan Rosenzweirg, 1995), Scot 1997: 294. Earnings Management yang dilakukan
manajemen perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan (Tobin’s Q) lalu
kemudian akan turun (Morck, Scheifer & Vishny (1988). l
Earnings
Management dapat menimbulkan
masalah masalah keagenan (agency cost)
yang dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara
pemegang saham (principal) dengan
pengelola / manajemen perusahaan (agent).
Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan
lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri
informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan
orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Konflik keagenan
yang mengakibatkan adanya oportunistik manajemen yang akan mengakibatkan laba
yang dilaporkan semu, sehingga akan menyebabkan nilai perusahaan berkurang
dimasa yang akan datang ,
Teori agensi memberikan
pandangan bahwa masalah Earnings
Management dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui Good Corporate Governance. Praktek Earnings Management oleh manajemen dapat
diminimumkan melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan (alignment) perbedaan kepentingan pemilik
dan manajemen antara lain dengan;(1) memperbesar kepemilikan saham perusahaan
oleh manajemen (manajerial ownership)
(Jensen Meckling, 1976); (2) kepemilikan saham oleh institusional karena mereka
dianggap sebagai sophisticated investor
dengan jumlah kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen yang
berdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan Earnings Management. (Pratana dan Mas’ud,2003); (3) peran monitoring
yang dilakukan dewan komisaris independen (Barnhart & Rosenstein, 1998);
(4) kualitas audit yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi
yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat
memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan
manajemen (Mayangsari, 2003).
Hubungan praktek Corporate Governance memiliki hubungan
yang signifikan terhadap Earnings Management
seperti penelitian yang dilakukan Watfield et al., 1995, Gabrielsen, et
al, 1997, Wedari 2004, Midiastuty dan Machfoedz, 2003. Sedangkan menurut Siregar dan Bachtiar, 2004;
Darmawati, 2003, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara praktek Corporate Governance terhadap Earnings Manajement. Konflik keagenan
yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic manajemen akan
mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat
membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti para
investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang.
Berdasarkan uraian tentang praktek Earnings Management terdapat potensi
bahwa peran corporate governance sebagai pereda praktek Earnings Management yang dilakukan manajemen yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai perusahaan, sehingga pertanyaan penelitian adalah:
l Apakah Earnings
Management berpengaruh positif terhadap Nilai perusahaan ?
l Apakah praktek Corporate Governance berpengaruh positif baik secara bersama-sama
maupun parsial terhadap Nilai perusahaan?
l Apakah pengaruh Earnings Management terhadap Nilai perusahaan diperlemah dengan
praktek Corporate Governance yang
diproksi dengan komisaris independen, kepemilikan manajerial, Kepemilikan
Institusional dan kualitas audit?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
secara empiris (1) pengaruh Earnings
Management terhadap Nilai Perusahaan. (2) pengaruh praktek Corporate Governance berpengaruh baik
secara bersama-sama maupun parsial terhadap Nilai Perusahaan. (3) pengaruh praktek
Corporate Governce terhadap hubungan
antara Earnings Management dan Nilai
Perusahaan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran kepada (1) para pemakai laporan keuangan dan manajemen perusahaan
dalam memahami peranan praktek Corporate
Governance terhadap praktek Earnings
Management yang dilakukan yang perusahaan dalam upaya meningkatkan Nilai
Perusahaan. (2) pengembangan ilmu mengenai positif
accounting theory khususnya agency
theory dan corporate governance
theory, sehingga dapat memperoleh permodelan-permodelan praktek Corporate Governance yang secara
konseptual berpengaruh terhadadap Earnings
Management serta dampaknya pada Nilai perusahaan.
Telaah Literatur dan Hipotesa
1. Teori Agensi
Perspektif teori agensi digunakan merupakan dasar
yang digunakan guna memahami isu Corporate
Governanace dan Earnings Management.
Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal
dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan
konflik keagenen diantara principal
dan agen. Jensen dan Meckling (1976), Watts & Zimmerman (1986) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan
dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan
laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggung jawaban
kinerjanya, principal dapat menilai,
mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk
meningkatkan kesejahteraannya dan serta sebagai dasar pemberian kompensasi
kepada agen.
Corporate
governance yang merupakan konsep
yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat
untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas
dana yang mereka investasikan. Corporate
Governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan
mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak
menguntungkan berkaitan dengan dana /kapital yang telah ditanamkan oleh
investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para
manajer (Sheifer dan Vishny, 1997).
Corporate Governanace
Penelitian
mengenai corporate governance
menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan
manajemen selaras dengan kepentingan shareholders (terutama minority interest). Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua
kelompok: (1) berupa internal mechanism
(mekanisme internal) seperti komposisi dewan direksi/ komisaris, kepemilikan
manajerial dan kompensasi eksekutif. (2) external mechanisms seperti pengendalian
oleh pasar dan level debt financing.(Barnhart
& Rosentein, 1998). Utama (2003) prinsip-prinsip CG yang diterapkankan
memberikan manfaat diantaranya yaitu : (1) meminimalkan agency costs dengan
mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan
agen; (2) meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif
kepada para penyedia modal; (3) meningkatkan citra perusahaan; (4) meningkatkan
nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah,
dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap
masa depan perusahaan yang lebih baik.
Earnings Management
Para manajer memiliki fleksibilitas
untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih
opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh
manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari
lahirnya manajemen laba adalah perilaku opportunistic
manajer dan efficient contracting.
Sebagai perilaku ooportunistic manajer memaksimalkan utilitasnya dalam
menghadapai kontrak kompensasi dan hutang, dan political cost (Scott, 2000).
Perilaku opportunis ini direflesikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan
menerapkan income increasing atau income decreasing decretionary accrual.
Sedangkan sebagai efficient contracting
yaitu meningkatkan keinformatifan laba dalam mengkomunikasikan informasi privat.
Perilaku manajemen oportunis dikenal dengan istilah Earnings Management., oleh Healy dan Wahlen (2000: 368) didefinisikan
sebagai berikut :Earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan
judgment dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan sehingga
menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusaaan.
Nilai Perusahaan
Salah satu
alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan
menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1967).
Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar
keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi
inkremental. Jika rasio-q diatas satu, ini menunjukkan
bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih
tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan meransang investasi baru. Jika rasio-q dibawah satu, investasi dalam
aktiva tidaklah menarik.
Jadi rasio-q merupakan ukuran yang lebih teliti
tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis
dalam kekuasaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Copeland (2002), Lindenberg
dan Ross (1981) yang dikutip oleh Darmawati (2004), menunjukkan bagaimana
rasio-q dapat diterapkan pada masing-masing perusahaan. Mereka menemukan bahwa
beberapa perusahaan dapat mempertahankan rasio-q yang lebih besar dari satu.
Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio-q yang lebih besar dari satu akan menarik
arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio-q mendekati satu. Seringkali
sukar untuk menentukan apakah rasio-q yang tinggi mencerminkan superioritas
manajemen atau keuntungan dari dimilikinya hak paten.
Earnings
Management dan Nilai Perusahaan
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibanding pemilik (pemegang saham) sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer
diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal
yang diberikan merupakan cerminan nilai perusahaan melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting
bagi pengguna ekternal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang
paling tidak tinggi tingkat kepastiannya.( Ali, 2002)
Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan
kesempatan pada manajer untuk melakukan
manajemen laba (Earnings Management)
guna meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu sehingga dapat
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai nilai perusahaan sebenarnya. Sloan
(1996) menguji sifat kandungan informasi komponen akrual dan komponen aliran
kas apakah terefleksi dalam harga saham.
Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai aktifitas
Earnings Management memiliki
persistensi yang lebih rendah dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih
besar dari aliran kas operasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini
Hipotesa 1 : Earnings
Management berpengaruh positif terhadap Nilai perusahaan.
Corporate Governanace Dan Nilai Perusahaan
Dalam perspektif
teori agensi, agen yang risk adverse
dan cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources (berinvestasi) dari investasi yang
tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternative investasi yang lebih
menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan
akan naik apabila pemilik perusahaan
bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan, baik dalam bentuk
investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking. Corporate
Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan
kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan Good Corporate Governance dipercaya dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
Silveira dan
Barros (2006) meneliti pengaruh kualitas CG terhadap nilai pasar atas 154
perusahaan Brazil yang terdaftar di bursa efek pada tahun 2002. Mereka membuat
suatu governance index sebagai ukuran atas kualitas CG. Sedangkan ukuran
untuk market value perusahaan adalah dengan menggunakan dua variabel
yaitu Tobin’s Q dan PBV. Temuan yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh
kualitas CG yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan
Black, Jang, and
Kim (2005) membuktikan bahwa CG index secara keseluruhan merupakan hal
penting dan menjadi salah satu faktor penyebab yang dapat menjelaskan nilai
pasar bagi perusahaan-perusahaan independen di Korea.
Johnson dkk (2000)
memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas Corporate
Governace dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai
tukar mata uang negara bersangkutan pada masa krisis di Asia. Dengan ukuran
variabel Corporate Governance yang digunakan seperti La Porta dkk (1998)
yang terdiri dari judicial efficiency,
corruption, rule of law, enforceable
minority shareholder rights, antidirector rights, creditor rights dan
accounting standars, menunjukkan bahwa variabel-variabel corporate lebih bisa
menjelaskan variasi perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja pasar modal,
dibanding dengan variabel-variabel makro.
Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan
positif antara Corporate Governance
dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on asets (ROA) dan Tobin’s
Q. Penemuan penting lainnya adalah bahwa penerapan corporate governance di
tingkat perusahaan lebih memiliki arti dalam negara berkembang dibandingkan
dalam negara maju. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan corporate governance yang baik akan memperoleh manfaat yang lebih
besar di negara-negara yang lingkungan
hukumnya buruk.
Hipotesa 2 : praktek Corporate
Governance berpengaruh positif baik secara bersama-sama maupun parsial
terhadap Nilai perusahaan
Corporate Governance, Earnings
Management dan Nilai Perusahaan
Dengan alasan meningkatkan nilai perusahaan, manajemen
melakukan tindakan oportunis dengan melakukan
Earnings Management. Oleh karena itu adanya praktek Corporate Governance di
perusahaan akan membatasi Earnings
Management karena adanya mekanisme pengendalian dalam perusahaan tersebut.
Praktek Corporate Governance dapat
diproksi dengan komisaris independen, kepemilikan manajerial, Kepemilikan
Institusional dan Kualitas Audit.
a. Kepemilikan Institusional
Investor institusional yang sering sebut sebagai investor
yang canggih (sophisticated) sehingga
seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi
laba masa depan dibanding investor non instusional. Balsam dkk (2002) menemukan
hubungan yang negatif antar discretionary
accrual yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal
pengumuman karena investor institusional mempunyai akses atas sumber informasi
yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan pengelolaan
laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual. Hasil
penelitian Jiambavo dkk (1996) menemukan bahwa nilai absolut diskresioner berhubungan
negatif dengan kepemilikan institusional. Hasil hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa ada efek feedback dari kepemilikan instusional yang dapat
mengurangi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Jika pengelolaan laba
tersebut efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan
pengelolaan laba tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan
bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi Earnings Management.
b. Kepemilikan manajerial
Jensen
dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi
mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan
kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka
menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat
disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak
akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang
rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oprtunistik
manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1986). Warfield et al (1995) dalam
penelitiannya yang menguji kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti
bahwa kepemilikan manajerial berhubungan dengan negatif dengan discretionary
accrual. Demikian halnya penelitian oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang
dapat membatasi perilaku oprtunistik manajer dalam bentuk Earnings Management,
walaupun Wedari (2004) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial juga memiliki
motif lain . Dalam penelitian ini mengacu pada teori yang ada yang menyatakan
kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme Corporate Governanace sehingga
dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba, hal ini
berarti kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan Earnings Management.
c. Kualitas audit
Penelitian yang dilakukan
Becker dkk (1998) menemukan bahwa klien dari auditor Non Big 6 melaporkan discretionary
accrual yang secara rata-rata lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh klien
auditor Big 6. Berarti dapat
disimpulkan klien dari auditor non Big 6 cenderung lebih tinggi dalam melakukan
Earnings Management. Teoh dan Wong (1993)
berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings
yang diukur dengan Earnings Response Coeficient (ERC). Karena pada saat
penelitian ini Big 6 telah berubah menjadi Big 4, juga diduga bahwa klien dari
auditor non Big 4 cenderung lebih tinggi dalam melakukan Earnings Management. Hal ini berarti kualitas audit berhubungan
negatif dengan Earnings Management. Walaupun
demikian untuk kasus Indonesia sebagaimana penelitian yang dilakukan Siregar
dan Utama (2006) tidak menemukan pengaruh yang signifikan dengan Earnings
Management yang dilakukan perusahaan.
d. Komisaris independen
Klein (2002a) dalam
penelitiannya membuktukan bahwa besarnya discretionary
accrual lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki komite audit yang
terdiri dari sedikit komisaris independen dibanding perusahaan yang menpunyai
komite audit yang terdiri banyak komisaris independen. Hal ini mendukung
penelitian Dechow dkk (1996) bahwa perusahaan memanipulasi laba lebih besar
kemungkinannya apabila memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen
dan lebih besar kemungkinannya memiliki Chief
Executive Officer (CEO) yang merangkap menjadi chairman of board. Hal ini
berarti tindakan memanipulasi akan berkurang jika struktur dewan direksi
berasal dari luar perusahaan. Jika
fungsi independensi dewan direksi cenderung lemah, maka ada kecendrungan
terjadinya moral hazard yang dilakukan oleh para direktur perusahaan untuk
kepentingannya melalui pemilikan perkiraan-perkiraan akrual yang berdampak pada
manajemen laba dan konsisten dengan Wedari (2004) yang menyimpulkan bahwa
komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap discretionary accruals.
Perusahaan yang menyelenggarakan sistem Corporate Governance diyakini akan
membatasi pengelolaan laba yang oportunis. Oleh sebab itu, semakin tinggi
kualitas audit , semakin tinggi proporsi komisaris independen, kepemilikan
manajerial, semakin kecil kemungkinan Earnings
Management dilakukan, Sehingga hubungannya negatif antara Corporate Governanace dan Earnings Management ini dapat
memperlemah pengaruh antara Earnings
Management dan Nilai Perusahaan
Hipotesa 3 : Pengaruh Earnings
Management terhadap Nilai perusahaan diperlemah dengan adanya praktek Corporate Governance
Metode Penelitian
Rancangan Pengumpulan
Data
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode random sampling. Dalam pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan random sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan non keuangan yang telah listing
di Bursa Efek Jakarta tahun 2004, 2005, dan 2006.
2.
Perusahaan
yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) yang berakhir pada
tanggal 31 Desember selama periode pengamatan
2004, 2005, dan 2006. Proses pengambilan
dilakukan secara random.
3.
Perusahaan yang memiliki
data mengenai komisaris independen, Kepemilikan Institusional, kepemilikan
manajerial dan auditor.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder berupa
data kuantatif yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek
Indonesia yang berupa Laporan Tahunan yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEJ, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), JSX
Statistics, Fact Book dan Daftar Kurs
Efek (DKE).
Operasional Variabel
1. Earnings Management
Earnings Management diproksi dengan Discretionary
accrual dengan menggunakan model Jones
yang dimodifikasi (Dechow et.al, 1995)
TAC = NIit – CFOit 1)
Nilai total Akrual (TA) diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai
berikut:
TAit/Ait-1
= β1 (1/Ait-1 ) + β2 (∆ Revit/Ait-1
) + β3 (PPEit/Ait-1 ) + e 2)
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat
dihitung dengan rumus :
NDAit
= β1(1/Ait-1 ) + β2(∆Revit/Ait-1-∆Recit/Ait-1)
+ β3(PPEit/Ait-1) + e 3)
DAit = TAit /Ait-1 – NDAit-1 4)
2. Corporate Governance
Corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, karyawan serta
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka atau sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Yang termasuk dalam praktek corporate governance adalah Komisaris
Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kualitas
Audit.
2.1. Komisaris independen
Komisaris independen yang memiliki
sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota
komisaris, berarti telah memenuhi pedoman good corporate governance guna
menjaga independensi, pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat.
2.2. Kepemilikan
Institusional
Adanya Kepemilikan Institusional dapat memantau
secara profesional perkembangan investasinya maka tingkat pengendalian terhadap
manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan.
2.3. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah
besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar.
Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif
menyelaraskan kepentingan dengan principals
2.4. Kualitas Audit
Untuk mengukur kualitas audit
digunakan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Jika perusahaan diaudit oleh KAP
Besar pada saat penelitian ini yaitu KAP
Big4 maka kualitas auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP Non Big 4 (KAP
kecil) maka kualitas auditnya rendah. Banyak penelitian menemukan kualitas
audit berkorelasi positif dengan kredibilitas auditor dan berkorelasi negatif
dengan kesalahan laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas merupakan
salah satu elemen penting dari Corporate
Governance.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan
merupakan variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q yang
dihitung dengan menggunakan rumus:
|
Q = Nilai perusahaan
MVE = Nilai pasar ekuitas (Equity Market Value)
D = Nilai buku dari total hutang
BVE = Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value)
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham dan
penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar
pada akhir tahun. BVE diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan
total kewajibannya.
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan diukur dari natural logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan pada
akhir, yaitu jumlah saham beredar pada akhir tahun dikalikan dengan harga pasar
saham akhir tahun.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode
regresi berganda. Dalam melakukan analisi regresi berganda, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik (asumsi heteroskedasitas dan otokorelasi,
multikolinearitas antar variabel independen) agar memenuhi sifat estimasi
regresi bersifat BLUES (Best Linear Unbiased Estimator).
Model Penelitian
Berdasarkan pengembangan hipotesis diatas
maka dapat diterapkan model regresi berganda sebagai berikut:
Qit = α0 + α1 EMit+α2 UPit
Qit = α0 + α1 KomIndit
+ +α2 KepManit + α3KAit+ α4 KepInstit
+ α5 UPit
Qit = α0 + α1 EMit
+α2 KomIndit + α3 KepManit + α4KAit+
α5 KepInsit+ α6 EM*KomIndit + α7
EM*KepManit + α8 EMit*KAit+ α9
EMit* KepInsit +α10 UPit
EM
|
=
|
Earnings Management diproksi dengan
Akrual abnormal (DA).
|
KomInd
|
=
|
Persentase komisaris independen dibanding
total dewan komisaris yang ada
|
KepMan
|
=
|
Kepemilikan Manajerial = dummy
variable dengan nilai 1 jika ada kepemilikan manajerial dan 0 sebaliknya
|
KA
|
=
|
Kualitas Audit = dummy variable dengan nilai 1 jika
diaudit oleh KAP Big 4 dan 0 sebaliknya
|
KepIns
|
=
|
Kepemilikan Institusional = berapa besar presentase Kepemilikan
Institusional dalam struktur saham perusahaan
|
Q
|
=
|
Tobin’s Q = proksi dari Nilai
perusahaan
|
UP
|
Ukuran Perusahaan diproksi dengan Log natural nilai pasar ekuitas
perusahaan pada akhir tahun, yaitu jumlah saham beredar pada akhir tahun
dikalikan denga harga pasar saham akhir tahun.
|
Analisis Hasil
Statistik
deskriptif
Rata-rata Earnings Management adalah -0.013005 dan
standar deviasi 0.2404 yang berarti rata-rata perusahaan dalam sampel
penelitian cenderung melakukan strategi decreasing income. Nilai Tobin’s Q rata-rata sebesar 1.423 dengan standar deviasi
0.776. Komisaris independen yang dibentuk oleh perusahaan telah memenuhi persyaratan
independesi.Rata-rata Komisaris Independen adalah 37.917% dan standar deviasi
0.1127 yang berarti komisaris independen yang dibentuk oleh perusahaan telah
memenuhi persyaratan independesi. Ukuran independensi tersebut dilihat dari
sudut pandang peraturan yaitu minimal jumlah komisaris independen sebesar 30%
dari jumlah dewan komisaris.Rata-rata Kepemilikan Institusional 22.83% dengan
standar deviasi 32.38%. Proporsi audit oleh Big 4 dalam sampel penelitian
sebesar 60.4% dan non Big 4 sebesar 39.6%. Rata-rata ukuran perusahaan 26.98
dengan standar deviasi 1.944. Proporsi perusahaan yang memiliki kepemilikan
manajerial dalam sampel penelitian hanya sebesar 11.5% dan yang tidak memiliki
kepemilikan manajerial sebesar 88.5%. Rata-rata ukuran perusahaan 26.98 dengan standar deviasi 1.944. Analisis statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 1
Uji Asumsi Klasik
Pengujian alat statistik regresi berganda mensyaratkan dilakukannya
pengujian asumsi klasik. Pada model 1 dan Model 2 telah lolos uji asumsi klasik, tetapi untuk Model 3 terdapat
masalah multikolinearitas. Multikolinearitas dalam model regresi tersebut
dapat diabaikan karena korelasi antar variable independen tersebut terjadi
disebabkan oleh interaksi antar variabel independennya. Juga terdapat masalah
autokorelasi karena Nilai Durbin Watson untuk model regresi 3 dengan adanya variabel moderating
senilai 2.418. berada pada daerah tanpa keputusan. Uji heteroskedasitas dilakukan dengan menggunakan
Uji White. Hasilnya dari ketiga model regresi, variabel-variabel independennya
selain Kualitas Audit tidak mengalami masalah heteroskedasitas. Kualitas Audit
mengalami masalah heteroskedasitas karena umumnya perusahaan masih menggunakan
kantor akuntan publik yang sama dengan KAP tahun sebelumnya selama belum batas
melewati 5 tahun.
Uji Hipotesis
Hasil
pengujian model pertama menunjukkan bahwa variabel Eanings Management, variabel
kontrol Ukuran Perusahaan yang secara statistik signifikan. Earnings Management
berpengaruh secara negatif terhadap Nilai Perusahaan artinya penggunaan Earnings Management akan menurunkan
Nilai Perusahaan yang bertentangan dengan hipotesa. Perusahaan dalam sampel penelitian ini menggunakan
Earnings Management bukan sebagai
strateginya meningkatkan Nilai Perusahaan.
Tabel 3
Variabel
|
Prediksi
|
Model 1
|
Model 2
|
Model 3
|
Variabel dependen : Tobin’s Q
Variabel Indenpenden
|
Koefisien
(t stat)
|
Koefisien
(t stat)
|
Koefisien
(t stat)
|
C
|
-2.966
(-2.968**)
|
-2.128
(-1.959*)
|
-0.377
(-.0355)
|
EM
|
+
|
-0.622
(-2.080**)
|
4.948
(2.042**)
|
OwnIns
|
+
|
0.154
(0.629)
|
1.514
(4.129***)
|
OwnMgr
|
+
|
-0.394
(-1.804*)
|
-3.159
(-1.467)
|
KA
|
+
|
0.381
(2.612**)
|
0.086
(0.431)
|
Komind
|
+
|
-0.790
(-1.229)
|
-3.159
(-2.929***)
|
UP
|
+
|
0.160
(4.321***)
|
0.135
(3.349***)
|
0.093
(2.340**)
|
EMxOwnIns
|
-
|
10.133
(4.266***)
|
EMxOwnMgr
|
-
|
0.443
(0.436)
|
EMxKomInd
|
-
|
(-16.413)
-2.613**
|
EMxKA
|
-2.490
-2.367**
|
N
|
96
|
96
|
96
|
Adjusted R
squared
|
0.185
|
0.23
|
0.452
|
F-statistic
|
11.804
|
6.681
|
8.833
|
P value
(F-statistic)
|
0.000
|
0.000***
|
0.000***
|
*** signifikan 1%, ** signifikan 5%,*signifikan
10% (two tail)
Pada pengujian model regresi kedua, Kepemilikan Manajerial dan
Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Dengan
demikian dari empat variabel Praktek Corporate Governance, hanya dua variabel
yang berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan dengan arah yang
berbeda. Kepemilikan Manajerial
berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan sedangkan Kualitas audit
berpengaruh positif. Hasil penelitian ini menyatakan adanya kepemilikan
manajerial akan menurunkan Nilai Perusahaan dimungkin karena belum banyak
manajemen perusahaan di Indonesia
(khususnya perusahaan dalam sampel) memiliki saham perusahaan yang dikelolanya
dengan jumlah yang cukup signifikan. Hal ini berlawanan dengan hipotesa bahwa
adanya kepemilikan manajerial akan meningkatkan nilai perusahaan sebagaimana
hasil penelitian Ross et.all (1999) dalam Tarjo (2002) bahwa semakin besar
proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen cenderung
berusahan lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang juga termasuk
dirinya. Kualitas Audit yang berpengaruh secara positif terhadap Nilai
Perusahaan artinya Nilai Perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh auditor
yang berasal dari KAP besar (Big 4). Hal ini mendukung hipotesa yang berarti
mekanisme fungsi pengawasan dan kontrak yang bertujuan untuk mengatasi
terjadinya konflik kepentingan antara agen
dan principal melalui audit atas
laporan keuangan agar tingkat kepercayaan pihak eksternal perusahaaan (salah
satunya Principal) terhadap
pertanggungjawaban semakin tinggi dapat dilakukan melalui penggunaan jasa pihak
ketiga (auditor) yang berasal dari KAP dengan berkualitas. (KAP Big 4). Tingkat
kepercayaan pihak pemakai informasi keuangan yang diaudit terutama pihak
ekternal perusahaan tersebut dipengaruhi oleh kualitas audit dari auditor.
Sebagaimana hasil penelitian Piot (2001), Teoh dan Wong (1993), Jang dan Lin
(1993) bahwa pengguna laporan keuangan lebih percaya pada hasil audit dari
auditor yang berkualitas. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif
terhadap Nilai Perusahaan, menunjukkan semakin besar perusahaan semakin besar
tingkat Nilai Perusahaannya.
Hasil pengujian model ketiga menghasilkan koefisien yang lebih
konsisten dengan hipotesa. Variabel
Eanings Management berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Dua dari variabel Praktek Corporate Governance berpengaruh secara
signifikan dengan arah yang berbeda, dimana Kepemilikan Institusional
berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan sedangkan Komisaris Independen
berpengaruh negatif. Dari penelitian ini terbukti Praktek Corporate Governance
sebagai moderating variable atas hubungan Earning Management terhadap Nilai
perusahaan. Koefisien Earning Management
yang positif diperlemah dengan adanya Audit oleh Big 4 dan Komisaris
Independent sebagai variabel pemoderasi hubungan Earnings Management dan Nilai
Perusahaan. Kualitas audit sebagai variabel moderating sesuai dengan yang
diprediksi teori bahwa digunakannya KAP Big4 akan dapat mengurangi aktifitas
manajemen laba demikian halnya Komisaris Independen, sesuai dengan yang
diprediksi semakin besar proporsi komisaris independen dapat mengurangi
aktivitas manajemen laba. Walaupun demikian, tidak sepenuhnya Praktek Corporate
Governance dapat memperlemah hubungan keduanya karena Kepemilikan Institusional
justru secara signifikan memperkuat dan kepemilikan manajerial juga memperkuat
hubungan tersebut walaupun tidak signifikan. Dengan demikian maka semakin besar
Kepemilikan Institusional akan semakin mendorong manajemen untuk melakukan Earnings Management, merupakan sesuatu
yang bertentangan dengan harapan fungsi dari praktek Corporate Governance.
Angka adjusted R square untuk model regresi 3 seperti yang disajikan dalam tabel 4
adalah sebesar 0.452 lebih besar dibandingkan dengan model 1 (0.183) dan model
2 (0.23) menunjukkan model 3 dengan menggunakan moderating variabel lebih bagus
menjelaskan variasi Nilai Perusahaan.
Dari
uji ANOVA atau F test, F hitung untuk ketika model tersebut menghasilkan tingkat
signifikansi sebesar 0.000. Karena probabilitasnya (0.000) jauh lebih kecil
dari 0.05, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Nilai Perusahaan
atau bisa dikatakan bahwa variabel
independen yang digunakan oleh masing-masing model regresi tersebut secara
bersama-sama berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dengan tiga model regresi ditemukan:
1. Earnings Management berpengaruh
secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Besarannya negatif dalam model
regresi tanpa memasukkan variabel Corporate Governance, sebaliknya koefisien
Earnings berpengaruh positif terhada Nilai Perusahaan dalam model regresi yang
mempertimbangkan variabel praktek Corporate Governance
2. Variabel Corporate Governance yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Nilai perusahaan bervariasi tergantung model regresinya. Untuk model regresi
yang menggunakan moderating variabel, Komisaris Independen dan Kepemilikan
Institusional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai perusahaan,
sedangkan model regresi tanpa moderating variable, Kualitas Audit dan
Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Kepemilikan Manajerial akan menurunkan Nilai Perusahaan sedangkan
Kualitas Audit akan meningkatkan Nilai Perusahaan sehingga hasil pengujian ini
tidak sepenuhnya konsisten dengan prediksi yang diharapkan.
3. Hasil penelitian ini juga
membuktikan bahwa Komisaris Independen, Kualitas audit dan Kepemilikan
Institusional merupakan variabel pemoderasi antara Earnings Management dan Nilai Perusahaan, sedangkan Kepemilikan
Manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi.
4. Earnings Management dapat diminimumkan dengan mekanisme monitoring oleh; (1) komisaris
independen dapat memonitor manajemen dalam rangka menyelaraskan perbedaan
kepentingan pemilik dan manajemen (2) Kualitas auidt dengan
peran auditor menjadi pihak yang dapat memberikan
kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen.
Tetapi kepemilikan saham institusional
yang merupakan sophisticated investor
yang juga dapat memonitor manajemen yang berdampak mengurangi motivasi
manajemen untuk melakukan Earnings
Management justru memperkuat hubungan
Earnings Management dan Nilai Perusahaan. Kepemilikan manajerial bukan
sebagai variabel pemoderasi membuktikan bahwa perannya belum siginifikan dalam
meminimalisir tindakan manajemen dalam memanipulasi laba.
5. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan di setiap
model regresi yang dilakukan. Artinya semakin besar perusahaan semakin besar Nilai Perusahaan.
Keterbatasan penelitian
Dari hasil
penelitian ini, beberapa keterbatasan yang terdapat ini antara lain:
Data CG yang digunakan pada tahun yang sama
dengan Nilai Perusahaan, sehingga mungkin belum dirasakan efek dari praktek CG
dalam waktu singkat terhadap Nilai Perusahaan.